" WILUJENG SUMPING ...................SELAMAT DATANG..........di Blog ...WAWAN RUSMAWAN.........Cimahi

Sabtu, 08 Agustus 2009

Mbah Surip, "I Love You Full"

"kesedehanaannya ,
kepolosannya
kebaikannya
ketekunannya
semangat hidupnya
kerendahhatiannya
kesetiakawannannya
I love you full-nya
itulah yang akan ku kenang embah Surip "
(WR)***


POTONGAN lirik lagu "Bangun Tidur" kiranya tepat untuk mewakili akhir hayat dari penyanyi nyentrik ala Bob Marley, Urip Ariyanto alias Mbah Surip, bangun tidur/tidur lagi... Begitulah, lelaki tua berumur enam puluh tahun yang begitu cepat melambung bersama hits-nya, "Tak Gendong". Akan tetapi sayangnya, baru dua bulan menyelami samudra popularitas, ajal telah menjemputnya.

Kali ini ia tertidur pulas untuk selama-lamanya, kini tidak ada lagi tawa lepas khas ha..ha..ha.., dan siapa yang bakal menggendongnya ke mana-mana, sebagai penerus nilai cita-cita adilugunya?

Ia adalah seorang yang penuh kesederhanaan, ketulusan, dan keteguhan. Beliau orang yang penuh dengan kesan yang membanggakan. Siapa pun orang yang pernah dekat dengannya pastilah teringat tentang kebaikannya, tawanya, dan motivasi-motivasi penggugah spirit menjalani hidup yang pernah ia ajarkan.

Kehadiran Mbah Surip mampu menjadi angin segar bagi kita yang sudah mulai pupus dengan berbagai gejolak kehidupan. Beliau orang yang mempunyai semangat tinggi, gigih, dan tangguh dalam mengarungi samudra kehidupan, patut kita jadikan sebagai bahan refleksi.

Mbah Surip sesungguhnya bukan sekadar menyanyi, tetapi dia mewakili kita semua yang sedang berada dalam tekanan kesumpekan serius ruang sosial-politik-ekonomi. Dia ingin mengajak kita berdendang sambil mengejek keadaan, menawarkan sebuah pelampiasan lewat "gendongan" yang menurutnya menjanjikan "enak dong?, mantep dong? lalu diakhiri dengan kerenyahan tawa tanpa beban. Ketidakpedulian itu disimbolisasikan lewat hidupnya yang menggelandang di boncengan sepeda motor dari tempat ke tempat, dari panggung ke panggung, juga jatah minum kopi yang walah! bisa dua puluh cangkir per hari. Ia memang pantas disebut orang yang full segalanya. Full ala kadarnya, dan full rasa sosialnya.

Selain itu, lewat lirik-lirik lagunya itu sebenarnya ia ingin menggugah kesadaran kita semua, betapa berharganya sebuah ketekunan, dengan komitmen yang tinggi. Ketekunan yang bisa menjadikan seorang yang penuh dengan integritas semangat berjuang menggapai impian. Yang menurutnya dengan semua itu orang bisa meraih kesuksesan. Mimpi bukan selamanya dalam ingatan, Mbah Surip sudah membuktikan. Ketekunan yang telah diperlihatkannya telah membuahkan hasil. Kini dari hasil penjualan secara digital, lagu "Tak Gendong" dan "Bangun Tidur" diunduh pengguna ponsel dalam bentuk ring back tone (RBT), yang mampu menempati posisi pertama mengungguli penyanyi pop terpopuler Michael Jackson (lagu "You Are Not Alone").

Begitu pula ketekunan yang mestinya kita jalani dan barang siapa yang berkomitmen memegangnya niscaya bisa mengubah segalanya. Namun sebaliknya, jika orang yang baru saja terkena musibah langsung putus asa, ia bakal terperangkap ke dalam penyesalan dan bakal merugi.

" I Love You Full"

Slogan yang dipakai Mbah Surip "I Love You Full", menggambarkan rasa cita kasihnya sesama saudara. Tak urung dalam perjalanan hidupnya penuh dengan rasa solidaritas. Ia terkenal sebagai seorang yang memiliki kepekaan sosial sangat tinggi. Andi salah seorang sejawatnya pernah mengatakan, Mbah Surip tidak segan-segan memberikan sesuatu yang ia punya, jika ada uang ia berikan uang, dan lain sebagainya.

Hal senada di ungkapkan Harianto, teman lain Mbah Surip, yang mengidentikkannya dengan seorang yang sombong kemiskinan. Dunia seni memang tidak memandang ras, golongan, maupun status sosial, semuanya sama, tidak ada bedanya latar belakang seniman, semuanya sama, (Mbah Surip). Demikianlah Mbah Surip, ia ingin memberikan terbaik dari yang terbaik bagi siapa pun, tak terkecuali untuk rakyat Indonesia. Hidup saling memberi, menyapa, dan memberi nasihat antar sesama manusia merupakan cita-cita adiluhung yang ingin disampaikan olehnya.

Seandainya para wakil rakyat kita memiliki sikap yang seperti itu, betapa bahagianya rakyat Indonesia. Dan seharusnya memang seperti itu, sehingga rakyat tidak lagi merasa termarginalkan. Lebih-lebih rakyat merasa terlindungi dengan segala kebijakan yang telah diberikan, bukan malah sebaliknya, tertindas akibat kebijakan yang menetes darinya.

Kalau Gus Dur pernah mengusung elan perlawanan melalui lelucon, sebagai wahana politis menurutnya memiliki kegunaan sendiri. Oleh karena itu, Mbah Surip dengan ciri khas tawanya menjadi sebuah katarsis untuk melepaskan semua beban hidup yang begitu sesak dirasakan. Katarsis tawa ini juga menawarkan tidak hanya rasa gembira lewat syair-syair lagunya, dan menikmati performanya yang aduhai. Lebih sekadar itu memberikan spirit untuk berani menatap kerumitan dalam mengarungi samudra kehidupan.

Selain itu, sikap Mbah Surip saat popularitasnya melambung, ia tidak sedikit pun merasa congkak, sikap sederhana, rendah hati, dan tidak sombong masih tetap melekat pada dirinya. Meski ia juga memiliki pengetahuan yang tidak kalah pintarnya dengan para aktivis, mahasiswa, ataupun dosen. Bahkan, ia telah beberapa kali hijrah ke berbagai belahan dunia Mbah Surip tidak pernah menunjukkan kecongkakannya. Alangkah indahnya jika kita semua bisa bersikap seperti itu. Terlebih para pemimpin bangsa ini. Sebab, kerendahan hati menuntun kita untuk tetap bersikap jujur dan bisa memberikan apa yang terbaik bagi orang lain.(sumber : Pikiran Rakyat).(Muh. Muhlisin/Peneliti Center for Studies of Religion and Culture Yogyakarya)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar